berbagi sejarah pikiran yang mungkin bermanfaat

Merantau, sudah seminggu ini aku mencoba hal baru, keluar dari zona nyaman, merasakan lebih dalam perbedaan dengan menjadi tamu di daerah orang. Dari kecil gue terbiasa tinggal dan berkerumun di kota besar-Jakarta, pun seandainya keluar daerah hanya dalam jangka waktu yang pendek.

Di tahun ini gue ingin membenturkan diri gue teruntuk sesuatu hal yang banyak belum pernah gue coba, yang salah satunya tinggal menetap untuk jangka waktu yang cukup lama dan bekerja di Ibukota Sumatera-Medan.

Sama seperti halnya dengan Jakarta atau Surabaya, Medan adalah kota besar ketiga yang diikuti Makasar. Pola kehidupan sosialnya pun tak jauh berbeda, kepadatan dan kemacetan, ‘sikut-sikutan’ di jalanan, berlaku sedikit arogan, yah seperti perilaku masyarakat di kota-kota besar lainnya.

Kehidupan lintas budaya pun disini cukup tinggi, Medan tak hanya dipenduduki ras Batak saja, lainnya pun juga banyak seperti yang berasal dari Aceh, Riau, Sumbar, bahkan Malaysia dan penduduk dari luar negeri pun juga banyak.

Secara garis besar ras Batak terdiri dari tiga bagian besar yaitu, Mandailing, Karo, dan Toba. Ketiganya pun mempunyai karakter yang sangat berbeda, biasanya orang Toba adalah orang paling keras diantaranya ketiganya. Disini Medan pun aku bersosialisasi bersama penduduk yang sangat beragam, dan hampir setiap individu yang kukenal berasal dari latar belakang daerah yang berbeda-jarang yang sama.

Di sini aku mencoba mengukir masa depan, melalui karir dalam pekerjaan. Yah sama lah dengan setiap orang. Tapi kali ini perkerjaan yang kuambil jauh berbeda dari yang jalani sebelumnya, kalau dulu biasa bekerja di kantor atau dalam ruangan yang nyaman, kali ini aku dituntut untuk turun kelapangan dan bertoleransi dengan banyak perbedaan di setiap jalan.

Dunia yang kutempuh kali ini memang sangat menantang, sangat dinamis dan sangat banyak pelajaran kehidupan dapat ditarik dari zona ini dibanding pekerjaan-pekerjaan kantoran. Seperti kata orang-orang yang namanya hidup harus terus bergerak dan merasakan hal-hal baru, agar seluruh kehidupan dapat kita ketahui.

Banyak hal yang harus kukorbankan untuk sampai disini pun juga untuk tetap bertahan disini. Dari keluarga, teman, dan kenyamanan yang harus kutinggalkan. Wajarlah dari dulu terbiasa tinggal di daerah itu-itu aja-Jabodetabek. Tapi keyakinan untuk belajar di setiap hal yang berbeda membuatku tetap santai walau kehilangan banyak hal.

Disisi lain cobaan terkait hawa nafsu semakin menjadi-jadi, mungkin juga lagi bulan puasa kali yah, ditambahlagi mayoritas disini berbeda agama. Apalagi cobaan terkait wanita-wanita batak, haduh ga tahan cuy! Pingin abang sikat langsung rasanya hehehe, yah namanya juga laki-laki, kalau statusnya naik tahta makin sulit mengekang kuasa.

Alhamdulillah, dengan waktu satu minggu aku dapat beradaptasi dan menciptakan sendiri zona nyamanku. Walaupun perjalanan masih terlalu panjang, setidaknya kerangka atau pola untuk beradapatasi dengan cepat sudah kupahami. Jadi ga takut lagi jika harus dibuang di Indonesia bagian lainnya, Dan juga siap buat menapaki langkah adaptasi selanjutnya: tinggal di luar Indonesia. Selagi masih muda harus banyak yang dicoba.

Tinggalkan komentar